ADAT PAMOI DI NEGERI OMA PULAU HARUKU
MARTA MANUSIWA 201724027
Pembimbing I Dr. JUNUS RAHAWARIN M.Ag
Pembimbing II Drs. SULAIMAN ANGKOTASAN M.Si
Penguji I Dr. ELSINA TITALEY M.Si
Penguji II Dra. SYANE MATATULA M.Si
Abstrak
Marta Manusiwa: Adat Pamoi Di Negeri Oma Pulau Haruku. Pembimbing I: Pieter Pelupessy, dan Pembimbing II: Abd Malawat. Perkawinan antara laki-laki dan perempuan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan manusia yang dapat dijumpai pada semua masyarakat di seluruh dunia. Setiap masyarakat memiliki aturan tentang perkawinanan yang berbeda-beda, sesuai dengan norma atau aturan adat yang berlaku. Perkawinan dalam adat Pamoi yang dilakukan oleh masyarakat adat di Negeri Oma, telah berlangsung sejak leluhur masyarakat Oma mendiami daerah mereka. Sampai saat ini masyarakat adat di Negri Oma masih mempraktekan adat Pamoi ini, dengan tujuan yaitu melalui adat Pamoi dapat menerapkan hubungan sosial antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan dalam mata rantai kekerabatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses tradisi adat Pamoi di Negri Oma Pulau Haruku dan mengetahui persepsi masyarakat mengenai pelaksanaan adat Pamoi. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Negri Oma masih tetap percaya dan kuat dalam mempertahankan adat perkawinan Pamoi. Adat Pamoi diperuntukan pada perempuan yang berasal dari luar, kemudian memilih untuk menikah dengan laki-laki asal Negeri Oma. Kenyataan yang dijumpai bahwa,dalam pelaksanaan perkawinan saat ini, masih ada pasangan laki-laki dan perempuan yang telah melaksanakan adat Pamoi, tetapi ada juga yang belum melaksanakan adat Pamoi. Mengenai pelaksanaan adat Pamoi, sangat ditentukan oleh pihak orang tua dari pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Persoalan penting yang berkaitan dengan pelaksanaan adat Pamoi yaitu pada ketersediaan biaya. Adat Pamoi tidak memiliki sanksi tertulis, tetapi sanksi sosial dan rasa bersalah pada masyarakat dari pihak laki-laki dan perempuan tentang perjalanan hidup berumah tangga tetap dipercaya dalam kehidupan mereka di Negeri Oma. Untuk itu dapat di simpulkan bahwa adat Pamoi memiliki nilai sakral dalam pembentukan rumah tangga baru. Melalui adat makan bersama antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan dalam perkawinan adat Pamoi, maka pihak keluarga bisa saling mengenal, menguatkan rasa persaudaraan diantara mereka untuk mengawal rumah tangga baru yang dibentuk melalui adat Pamoi.
Kata Kunci: Perkawinan, Pamoi, Negeri Oma
Abstract
Marta Manusiwa: Pamoi Customs in Oma's Country, Haruku Island. Supervisor I: Pieter Pelupessy, and Advisor II: Abd Malawat. Marriage between a man and a woman is an important event in human life that can be found in all societies throughout the world. Every society has different rules regarding marriage. in accordance with applicable norms or customary rules. Marriage in custom Pamoi carried out by indigenous peoples in the land of Oma, has been going on since the ancestors of the Oma people inhabited their area. To date Indigenous people in Negri Oma still practice this Pamoi custom, with The goal is that through the Pamoi custom, social relations can be implemented between parties male and female families in the kinship chain. The purpose of This study aims to determine the process of the Pamoi traditional tradition in Negri Oma Pulau Haruku and knowing the community's perception of the implementation of the Pamoi custom. The results of the study show that the people of Negri Oma still believe in it and strong in maintaining the marriage customs of Pamoi. Pamoi customs intended for women who come from outside, then choose to married a man from the land of Oma. Facts found that, in the implementation of marriage at this time, there are still male and female partners women who have carried out the Pamoi custom, but some have not carry out the Pamoi custom. Regarding the implementation of the Pamoi custom, it is very determined by the parents of the bride and groom. Problem important aspects related to the implementation of the Pamoi custom, namely the availability of cost. Pamoi customs do not have written sanctions, but social sanctions and feelings guilt on society from the side of men and women about travel married life is still believed in their lives in the Land of Grandma. For this reason, it can be concluded that the Pamoi custom has a sacred value in religion formation of a new household. Through the custom of eating together between parties male and female families in Pamoi traditional marriages, then the parties families can get to know each other, strengthen the sense of brotherhood between them to guard the new household formed through the Pamoi custom.
Keywords: Marriage, Pamoi, Oma
Daftar Pustaka
Ahmadi,Abu H. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta
Cooley,Frank L. 1987. Mimbar dan Tahta Hubungan Lembaga-lembaga
Keagamaan dan Pemerintah di . Maluku Tengah Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Effendi,Ziwar. 1987. Hukum Adat Ambon Lease. PT Pradnya Paramita. Jakarta
Idi,Abdullaah H. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropoli I. Rineke Cipta. Jakarta
Moleong,Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Rosdakarya. Bandung
Ritzer,George. 2014. Teori Sosiologi Modern (Edisi Ketujuh). Kencana Prenadamedia Group
Ritzer,George dan J.D.Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern (Edisi Keenam). Kencana Prenada Media Group
File PDF skripsi_201724027.pdf
Next
Prev